Gotong Royong, Kebersamaan, dan berdaya
Bring the best for your team, start
Berita sebelumnya :
Salah satu agenda kegiatan rutin yang diselenggarakan HP-ITB adalah Nyanghunjar, suatu kegiatan yang bertujuan merekatkan tali silaturahim diantara para anggota, pengurus, sampai dengan pimpinan hingga pembina HP-ITB.
Mengawali tahun 2025, kegiatan nyanghunjar diadakan di rumah tinggal salah seorang pengurus HP, yaitu Bapak Acep Kundrat, di daerah Banjaran Kabutapen Bandung pada hari Senin, 13 Januari 2025 (1 Rajab 1445 H) mulai pukul 07:00 WIB sampai selesai. Acara nyanghunjar kali ini diisi dengan Pengajian sebagai agenda utama, diawali dengan rangkaian acara :
- Pembukaan dan Doa
- Senam Pagi
- Sambutan Tuan Rumah
- Sambutan Ketua HP-ITB
- Tausiyah oleh Prof. Dr. Ir. Rudy Rubiandini R.
- Botram dan Ramah Tamah
- Foto Bersama
- Penutupan
Pada kesempatan Nyanghunjar di Banjaran ini, acara utama berupa Tausiyah yang disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy Rubiandini R. sekaligus beliau adalah Penasehat Kehormatan HP-ITB.
Tausiyah berjudul "Sahabat, Kepekaan, Empati dan Adab dalam Pergaulan".
Empati: kita mengerti pada orang lain, tanpa memperlihatkan masalah yang dialami; Adab: membantu orang dengan sopan sesuai aturan dan etika.--Surat Ali Imran; ayat 102 :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ
" Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."
Adab, sopan, budi pekerti, merupakan hal yang harus dilakukan, bekerjasama dalam kebaikan serta tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa., "HR. Albaihaqi: dari Abu Hurairoh".
Al Hujurat ayat 13:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ
" Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."
1. Sahabat
Sahabat adalah orang bisa bertemu (berteman/seperti di SLTP Lintas) karena jodoh/takdir Allah. Orang bisa bersahabat karena ketulusan.
Mengingat seseorang itu menyenangkan --> seperti saat masa kecil, di sekolah dan lain-lain
Diingat seseorang itu membahagiakan --> di WA di telp, dikunjungi dan lain-lain
Kekayaan bukanlah teman ABADI, tapi TEMAN adalah kekayaan yang ABADI.
Sahabat adalah sebuah kekayaan yang luar biasa, anugerah dari Allah SWT
- Bersahabatlah dengan orang yang penuh perhatian, ketika kita sedang susah, mereka datang memberi nasihat dan membantu kita,
- Bersahabatlah dengan orang yang penuh energi, pada saat kita gagal menghadapi masalah mereka akan mendampingi kita dan memberi semangat,
- Bersahabatlah dengan orang yang bisa menuntun kita ke jalan yang baik. Sukarela menjadi penuntun jalan untuk membuka jalan sesat dan membawa kita melewati jalan berkubang lumpur menuju jalan yang diberkahi Alloh,
- Bersahabatlah dengan orang yang mau memberi kita kritik. Selalu mengingatkan dan mengoreksi agar kita segera mengetahui keadaan diri sendiri dari hal-hal yang tidak baik,
- Bersahabatlah dengan orang yang suka berargumentasi dengan kita agar kita menjadi cerdas dan karena dia selalu memberi/menemukan ide-idenya yang cemerlang,
- Bersahabatlah dengan orang yang tidak pernah meninggalkan kita. Selalu mengirim motivasi, kata-kata bijak dan lelucon, yang mencerahkan karena mereka menganggap kita sebagai teman yang penting dan berarti baginya,
- Bersahabatlah dengan teman yang selalu ada di sisi kita. Bukan pada saat kita sedang berjaya, namun juga pada saat kita sedang tak berdaya.
Moto: “berjalan di dalam gelap Bersama Sahabat, lebih menyenangkan daripada berjalan dalam terang sendirian”
2. Kepekaan.
Al Zazalah (99) 7-8 :
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Pesan yang terkandung dalam kedua ayat tersebut mengisyaratkan bahwa hal-hal kecil tidak boleh diabaikan.
Semoga kita termasuk orang yang memiliki kepekaan. Ibarat memegang sesuatu yang panas tetapi ternyata tangan kita tidak peka, maka, tangan kita akan melepuh tanpa kita sadari. Pesan intinya adalah semakin bersih hati kita, Insya Allah akan semakin peka terhadap apapun. Jika hati sudah peka, maka kita akan bisa mendeteksi suatu dengan baik.
Seperti halnya cermin, kalau bersih tentunya akan mudah untuk digunakan bercermin diri, tapi jika cerminnya kotor akan kesulitan melihat wajah sendiri.
Kita harus memiliki kepekaan bukan hanya peka terhadap hal-hal yang besar, namun peka pula terhadap hal-hal kecil / sepele. Tidak akan ada satu pun yang besar kecuali diawali oleh sesuatu yang kecil. Semegah dan setinggi apa pun sebuah gedung, pastilah ia tersusun dari bata dan besi-besi yang kecil.
Sebuah buku tersusun atas kalimat-kalimat, kalimat adalah rangkaian kata. Sebuah kata adalah rangkaian huruf, sebuah huruf adalah ragkaian titik. Titik adalah tanda terkecil yang dapat dilihat manusia. Walaupun kecil tapi pengaruhnya begitu besar. Di dalam tata bahasa Arab, titik bisa mempengaruhi makna sebuah kata.
Moto:
Bila kita kecil, bisa dihina
Bila besar bisa dicurigai
Bila benar kita bisa difitnah
Jangan pernah punya niat untuk membuktikan kepada komunitas. Jadilah orang baik. tapi tidak membuang waktu untuk membuktikannya.
3. Empati
Empati adalah perasaan kasihan terhadap orang lain. Empati melibatkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan dan pengalaman orang lain secara mendalam [lebih dari hanya perasaan kasihan/simpati].
- Empati lebih berfokus pada memahami perasaan dan pengalaman orang lain.
- Simpati lebih berfokus pada merasakan emosi yang serupa dengan orang lain, sementara
Empati dalam Islam, bisa disimak pada surat Al-Maidah ayat 2 :
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.
Sikap empati ini juga menjadi salah satu ajaran Rosululloh SAW, sebagaimana yang tercantum dalam hadits :
- Bukhari dan Muslim : “Perumpamaan orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.”
- Hadits Bukhari : “Dari Abu Musa r.a.; Rasulullah SAW bersabda ; “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan satu sama lain saling menguatkan”.
Manfaat dan Hikmah Empati
Salah satu cerminan sifat Empati tercantum pada QS. Annisa Ayat 8 :
وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
Apabila (saat) pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Sehingga dapat disimpulkan tentang Empati :
Hubungan antarmanusia yang paling tinggi levelnya yang teus diajarkan dari generasi ke generasi diajarkan sejak balita, dan kini justru jadi panduan negara yang beradab adalah e m p a t i.
Empati ; atau memposisikan diri menjadi orang lain [memposisisikan kita menjadi lawan bicara ----sedang bicara dengan anak kita, jelmakan diri kita “menjadi anak yang bandel” ---
4. Muhasabah
Mengapa di negara yang mayoritas Muslim, tidak terlihat menempel masalah Empati dalam kehidupan kesehariannya? Padahal dalam al-quran dan hadits sudah sangat jelas? Apakah karena kaum muslim tidak mau mengerti tentang isi al quran tapi hanya bisa membaca dan menghafalnya saja. Atau pelajaran agama hanya terarah pada pendidikan tatacara ibadah maghdoh, tapi kurang dalam adab dan etika.